Gibran Berhasil Bawa Lompatan Progresif Digitalisasi Pasar Tradisional Solo

Pada mulanya, Gibran memberikan perhatian pada upaya untuk merevitalisasi pasar-pasar tradisional.

Gibran Berhasil Bawa Lompatan Progresif Digitalisasi Pasar Tradisional Solo

Pasar tradisional identik dengan stigma gambaran kumuh. Dengan gambaran para pedagang dan pembeli yang masih terpaku pada model transaksi pada umumnya, yakni transaksi secara tunai, bentuk uang fisik.

Tapi perlahan seiring waktu, pasar tradisional seakan juga mengikuti dampak dari kehadiran teknologi keuangan yang memudahkan. Secara perlahan, pedagang-pedagang tradisional di pasar-pasar mulai terbuka dengan pembayaran alternatif secara nontunai.

Itulah gambaran pasar-pasar tradisional saat ini yang semakin adaptif dengan perkembangan teknologi keuangan. 

Di Solo, juga terdapat banyak pasar tradisional sebagai tempat transaksi masyarakat dan telah menjadi salah satu penopang ekonomi masyarakat. Tapi sebagaimana adanya, sebelum Gibran terjun sebagai wali kota Solo, tak ada lompatan progresif di dalam upaya mengalihkan dari transaksi cash ke cashless.

Bukan berarti tak ada, hanya saja bicara lompatan progresif belum terlihat di sana. Tapi pada era kepemimpinan Gibran, lompatan progresif digitalisasi pasar tradisional mulai terlihat signifikan.

Apa yang dilakukan oleh Gibran secara perlahan untuk mengubah wajah tradisional dari pasar-pasar di Solo sehingga perlahan beralih ke digitalisasi?

Pada mulanya, Gibran memberikan perhatian pada upaya untuk merevitalisasi pasar-pasar tradisional. Salah satu tujuan utamanya adalah bagaimana bisa meningkatkan jumlah pengunjung. Kunci meningkatkan pengunjung adalah dengan memperbaiki berbagai fasilitas di pasar, menyulapnya sehingga menjadi begitu ‘nyaman’ dan ‘menyenangkan’.

Boleh dikatakan, Gibran berusaha membuat pasar-pasar tradisional di Solo ‘naik kelas’. Bahkan sebisa mungkin bisa bersaing dengan keberadaan mall. Jika mall mampu menarik pengunjung lantaran berhasil menghadirkan kenyamanan dengan berbagai fasilitas dan kelihatan bersih dan steril, maka itu pula yang jadi motivasi Gibran saat itu dari upaya revitalisasi pasar tradisional.

Revitalisasi Gibran ini dilakukan di beberapa pasar tradisional yang ada di kota Solo. Berdasarkan data mutakhir, kota Solo memiliki sekitar 44 pasar tradisional. 41 di antaranya sudah dilakukan revitalisasi. 

Pada tahun ini (2023), sedang dilakukan revitalisasi pasar tradisional Gemblengan, sedangkan 2 sisa pasar tradisional lainnya, yaitu pasar Jongke dan pasar Tunggulsari sedang berlangsung proses revitalisasi.

Berkat revitalisasi itu, pengunjung terutama dari kalangan Gen Z kembali meramaikan pasar-pasar tradisional. Tapi ada tren lain yang lebih kuat bahwa Gen Z terutama lebih menyukai transaksi dari jauh, secara online. Inilah yang juga mendasari Gibran untuk melakukan digitalisasi pasar tradisional.

Dengan kata lain, sekali revitalisasi pasar tradisional, Gibran tidak hanya membenahi bangunan fisik, tapi berupaya untuk mengedukasi pedagang untuk mulai ‘aware’ dan mau menggunakan transaksi online, baik dari pembelian hingga pembayaran.

Dalam perkembangannya, rupanya pedagang tradisional dan UMKM menyambut dengan baik ide mendorong digitalisasi pasar tradisional. Gibran pun terus memperkuat ikhtiar itu. Hasilnya menakjubkan. Digitalisasi pasar tradisional meningkat, ditandai dengan semakin besarnya jumlahnya pedagang yang semakin aware dan terdorong untuk mengikuti arahan digitalisasi Gibran.

Tercatat ada sekitar 1.046  pedagang di pasar tradisional yang menggunakan sistem pembayaran berbasis digital, menggunakan metode pembayaran non tunai melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

Hasil ini menjadikan kota Solo berhasil meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) pada bulan November 2021 lalu. 

Pada 2022, Kota Solo menargetkan 44 pasar tradisional di Solo dengan transaksi nontunai. Hingga Januari, tercatat sudah ada 13 dari 44 pasar tradisional yang telah menggunakan transaksi non tunai, di antaranya pasar Legi, pasar Jongke, pasar Kadipolo, pasar Harjodaksino, pasar Gading, pasar Kliwon, pasar Jebres, pasar Rejosari, pasar Gede, pasar Singosaren, pasar Klewer, pasar Nusukan, dan pasar Purwosari.

Keberhasilan gibran dalam program revitalisasi dan pengembangan digitalisasi di pasar tradisional Solo, menjadi motivasi Gibran di masa depan untuk melakukan pembangunan pasar tradisional lebih luas jika dia berhasil menjadi wakil presiden pada 2024 mendatang.