Semangat Prabowo Perkuat NKRI, Negara Kuat Negara Bermartabat

Keberanian Prabowo Subianto meningkatkan anggaran untuk pertahanan RI sejalan dengan semangatnya untuk membuat Indonesia disegani oleh negara-negara lain

Semangat Prabowo Perkuat NKRI, Negara Kuat Negara Bermartabat

Sejak ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan (Menhan), Prabowo Subianto memang langsung tancap gas membuat gebrakan besar. Yaitu secara perlahan mengubah wajah pertahanan dan keamanan RI menjadi semakin ‘mengerikan’, semakin disegani oleh negara lain.

Apa yang dilakukan oleh Prabowo Subianto. Tentu saja dengan meremajakan alat utama sistem persenjataan (alutsista) RI. Menggantikan alutsista yang lama dengan yang baru, dan tentu lebih canggih. Dalam hal ini, Prabowo dengan berani menaikkan anggaran untuk penguatan pertahanan dan keamanan RI.

Anggaran Kementerian Pertahanan RI sejak dipimpin oleh Prabowo Subianto pun perlahan mengalami peningkatan yakni 115,4 triliun (2019), 136,9 triliun (2020), 125,9 triliun (2021), 150,4 triliun (2022), 144,3 triliun (2023), dan 135,4 triliun (*2024).

Keberanian Prabowo Subianto meningkatkan anggaran untuk pertahanan RI sejalan dengan semangatnya untuk membuat Indonesia disegani oleh negara-negara lain. Menjadi negara bermartabat dan dihormati di dunia. Sehingga berapa pun besaran anggaran yang dikucurkan untuk pertahanan RI, sejatinya itu berkontribusi positif bagi kebijakan pembangunan RI.

Pandangan ini benar adanya. Sebab negara-negara besar dengan alutsista terbaik, mereka akan mampu menjaga kedaulatannya dengan baik. Tak mungkin negara besar diganggu oleh negara lain. Sehingga apapun kebijakan dalam negeri mereka, tidak akan mudah diintervensi oleh negara lain.

Amerika Serikat dan Rusia – dua negara besar saat ini, siapa berani mengintervensi kebijakan dalam negeri mereka? Apa yang menjadi kepentingan nasional mereka, meskipun harus berbenturan dengan kepentingan negara lain, terkadang ditabrak saja oleh mereka. Lantaran mereka negara besar, negara adigdaya yang punya alutsista yang kuat jika harus berperang.

Makanya apa yang disampaikan oleh Thucydides selalu relevan hingga saat ini. “The Strong will do what they can, and the weak will suffer what they must.” Yang kuat akan selalu melakukan apa saja kehendak mereka (apa yang mereka inginkan). Sebaliknya, yang lemah terima nasib saja.

Itulah keadaan situasi global saat ini. Meskipun kini bukan era kerajaan, tapi negara yang kuat menindas negara yang lemah tetap berlangsung dengan cara yang lain. Ukraina yang lemah ditindas oleh Rusia. Palestina yang lebih inferior ditindas oleh Israel. Benturan kepentingan nasional yang berujung perang, itulah situasi yang tak dapat dielakkan hari ini.

Itulah yang dipikirkan oleh Prabowo Subianto. Ia ingin membuat Indonesia tak kalah saing dengan negara besar. Ia ingin Indonesia tak direcoki oleh negara mana pun. Kebijakan hilirisasi Indonesia yang sangat menguntungkan RI, tak boleh sampai distop hanya lantaran mendapatkan protes dan penentangan dari negara-negara besar Uni Eropa dan organisasi dunia.

Mengelola kepentingan nasional tanpa direcoki/intervensi negara lain, itu berarti negara kita berada di titik ‘berdaulat’. Dan keberdaulatan itu sangat dinamis, tergantung apakah kita tengah kuat atau lemah. Dalam keadaan kuat, kita bisa berdaulat. Dalam keadaan lemah, kita bisa ditindas negara lain. Kunci mempertahankan kedaulatan itu, perkuat militer negara kita.

Itulah prinsip yang dipegang teguh oleh Prabowo Subianto. Dan rasanya kita tak bisa tidak, mengamini optimisme itu.